Boyolali adalah sebuah kabupaten kecil yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan dikenal dengan sebutan kota susu, karena merupakan sentra peternakan sapi perah terbesar di Jawa Tengah dan komoditas susu sapinya mampu mengharumkan Kabupaten Boyolali di tingkat Nasional.
Sebagian besar wilayah Boyolali
merupakan dataran tinggi yang memiliki hawa sejuk sehingga cocok untuk
dijadikan tempat budidaya sapi perah. Selain itu ketersediaan pakan
hijau yang melimpah juga sumber air bersih membuat Boyolali sangat pas
untuk di jadikan sentra peternakan sapi perah.
Sentra peternakan sapi perah di Boyolali
dipusatkan di kecamatan Cepogo dan mampu menghasilkan total produksi
susu sapi per tahun mencapai 30.500 juta liter. Selain sapi perah,
Boyolali juga dikenal sebagai sentra peternakan sapi potong dengan total
perkiraan sapi potong yang berada di Boyolali mencapai 87.725 ekor.
Tidak hanya susu segar dan sapi potong,
di Boyolali juga terdapat sentra produksi olahan yang dibuat dari susu
sapi dan daging sapi seperti dodol susu, yogurt dan juga keju. Produk
turunan tersebut bertujuan agar susu sapi sepenuhnya bisa dipakai secara
maksimal tanpa ada yang dibuang karena kelebihan kuota. Hal itu
tentunya akan meningkatkan pendapatan para peternak karena hasil turunan
olahan susunya bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.
Pada beberapa bulan lalu produksi susu
sapi di Boyolali memang menurun dampak dari erupsi Gunung Kelud yang
menyebabkan area tanaman hijau untuk pakan ternak sapi menjadi
terkontaminasi, hal ini berdampak pada sapi ternak dan jumlah produksi
juga kualitas susu sapi yang dihasilkan. Namun pada saat ini kondisi
tersebut sudah membaik dengan ketersediaan pakan ternak hijau bagi sapi
sehingga produksi susu di Boyolali kembali normal.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu
Indonesia (GKSI) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kuncoro
menegaskan jika pada saat ini produksi susu sapi sudah kembali normal
dan dalam kondisi normal seperti sekarang ini produksi susu sapi
Boyolali mampu mencapai 90-100 ribu liter per hari. Susu sapi di
Boyolali juga didistribusikan di industri pengolahan susu seperti
Firisian Flag (Susu Bendera) dan Indo Milk di Jakarta serta industri
pengolahan susu Citra Nasional di Salatiga.
Produk turunan dari hasil susu sapi
Boyolali itu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan keju
sehingga memiliki nilai jual. Selain itu juga produk keju tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kue atau dodol susu khas
Boyolali. Potensi susu sapi Boyolali ini memiliki prospek yang cerah
untuk terus dikembangkan mengingat saat ini pemerintah ingin
meningkatkan konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia.
Konsumsi susu per kapita Indonesia baru
mencapai 11,09 liter per tahun, masih jauh di bawah konsumsi per kapita
negara-negara ASEAN lainnya yang mencapai lebih dari 20 liter per kapita
per tahun.
sumber : http://beritadaerah.co.id/2014/06/03/boyolali-sebagai-sentra-sapi-perah-di-jawa-tengah/
2. Lele
Kampung lele terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit. Kampung lele merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar. Pembudidayaan ikan lele di Kampung Lele dianggap berhasil memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal (Boyolali,solo Yogyakarta) maupun nasional. Bahkan keberhasilan pembudidayaan ikan lele di kampung lele tidak hanya dikenal di skala nasional, melainkan hingga kawasan Asia Tenggara. Desa Tegalrejo dicanangkan menjadi KAMPUNG LELE oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, Juni 2006, kemudian dikunjungi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007.
WISATA KAMPUNG LELE.
selain sebagai perikanan, Desa Tegalrejo(kampung lele) juga menyediakan jasa WISATA yakni berupa wisata melihat langsung proses pembibitan, pemberian makan, hingga memanen ikan lele (bisa juga merasakan memanen ikan lele secara langsung), mengunjungi tempat pembuatan abon, kripik dan rambak yang semuanya dari ikan Lele.
sumber : http://wikimapia.org/15838271/id/Kampung-Lele-Tegalrejo-Mangkubumen-Sawit-Boyolali
3. Sapi Potong
abupaten Boyolali di benak masyarakat telah dikenal dengan peternakan sapi perahnya. Namun para peternak sapi perah ini tidak mempunyai posisi tawar yang menguntungkan untuk menjual kepada pabrik susu. Dari pengalaman ini di bagian wilayah Utara Boyolali sebagian masyarakatnya yang menjalankan ternak sapi jenis sapi potong PO, Simental dan Limousin tidak mau permasalahan yang sama terjadi pada saudara mereka yang menjalankan ternak sapi perah. Maka kelompok ternak sapi potong ini berintegrasi dalam suatu asosiasi yang dinamakan Asosiasi Peternak Sapi Boyolali disingkat ASPIN. Asosiasi seperti ini mungkin yang pertama di Indonesia terdapat kelompok ternak yang membuat asosiasi. Asosiasi ini yang beralamatkan di Desa Pilangsari, Potronayan Nogosari Boyolali mempunyai visi mewujudkan masyarakat peternak sapi Boyolali yang berswasembada dan lebih sejahtera pada tahun 2018. Melihat kekuatan para peternak sapi potong ini, Bank Jateng telah mengucurkan kreditnya melalui KKPE sebesar 7,2 milyar rupiah. Semua dilakukan secara mandiri dengan menggunakan bisnis plan yang telah dibuat dalam pengajuan proposalnya. Menurut ketua asosiasi Suparno, ASPIN diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging untuk wilayah Boyolali dan Solo Raya. Saat ini populasi ternak dari seluruh anggota sebanyak 1.936 ekor yang menyupali RPH Ampel Boyolali, pasar hewan Kalioso, Jatinom, Sragen, Sumber lawang, Bekonang hingga memenuhi permintaan dari DKI. Kendala yang harus dihadapi adalah bagaimana para peternak dapat berinovasi mulai dari pakan hingga pemeliharaan sehingga harga daging bisa bersaing dengan harga yang berlaku dipasaran. Cita cita yang di inginkan adalah kelak dapat berinvestasi cool storage untuk menyimpan daging yang siap dipasarkan kepada masyarakat. Untuk itu Suparno berharap ada dukungan semua pihak agar ketahanan pangan melalui ketersediaan daging sapi bisa terpenuhi dari hasil karya anak bangsa sendiri. Kegiatan pelatihan dan pendampingan sangat terbuka dan dinantikan.
sumber : http://lengser.wordpress.com/2013/07/09/menengok-peternak-sapi-boyolali/